Pandemi datang ke Indonesia sudah
lebih dari 2 tahun. Bukan waktu yang sebentar pandemi ini datang, menghadirkan
rasa takut, khawatir, cemas, bahkan kehilangan. Begitu pula dengan saya yang
haru jauh dari keluarga, melakukan tugas dan kewajiban saya di sini sebagai Ibu
Pekerja sekaligus seorang istri yang dari dulu berniat mengikuti suami di mana ia
beraktivitas.
Rasa takut tersebut membayangi
setiap aktivitas yang ada, di dalam benak sering bermunculan begitu banyak
pertanyaan. Kapan pandemi ini akan berakhir? Sampai kapan kita bisa bertahan?
Kapan saya bisa berjumpa dengan orang tua dan sanak keluarga? Apakah
usaha-usaha yang kita lakukan menjalani prokes sudah benar dan tidak beresiko?
Di antara sedih, gundah gulana,
perasaan haru dan berduka, banyak juga para tenaga kesehatan (nakes) dan peneliti
yang menyumbangkan tenaga dan fikirannya untuk menghentikan pandemi ini, dengan
optimisme yang ada dalam benak, “Setiap penyakit pasti ada obatnya.” Akhirnya
ditemukan vaksin, sebagai salah satu cara mengurangi dampak yang berbahaya dari
penyebaran virus Covid-19 ini.
Sempat maju mundur untuk
melakukan vaksinasi ini dikarenakan kekhawatiran banyak hal. Salah satunya
dikarenakan tubuh saya obesitas. Saya takut obesitas punya efek vaksin yang membuat
tubuh bereaksi dan akhirnya sakit. Setelah berkonsultasi dengan beberapa nakes
akhirnya hati ini mantap untuk vaksin. Vaksin
bukan hanya ikhtiar untuk diri sendiri, tapi vaksin adalah ikhtiar untuk
menjaga orang-orang yang kita sayang.
Jadwal vaksin yang diberikan
kantor saya jatuh ditangal 8 Juni 2021. Kami datang ke tempat yang telah ditentukan,
yaitu di Banda Aceh Convention Hall. Ramai antrian orang-orang yang menunggu
vaksin. Mulai dari screening
kesehatan, pengukuran tensi darah dan beberapa pertanyaan yang diajukan oleh
petugas. Alhamdulillah tidak ada masalah dan saya diizinkan vaksin. Nakes di
sana menepuk-nepuk lengan saya sambil bercanda, “duh ini enak kali disuntuknya”.
Hahaha pasalnya memang lengan saya berisi. Setelah vaksin tersebut saya tidak
merasakan hal-hal yang ekstrem bereaksi di tubuh saya kecuali mengantuk dan
lapar. Atau mungkin ini bawaan keseharian saya? Entah hihihi. Memang setelah
vaksin, dianjurkan untuk tidak melakukan pekerjaan berat dan makan-makanan yang
cukup dan bergizi.
SMS yang berisi sertifikat vaksin
dan jadwal vaksin selanjutnya cepat sekali sampai ke handphone saya. Tanggal 6
Juli atau 28 hari kemudian saya dijadwalkan untuk vaksin ke-2. Namun karena
malas untuk antri akhirnya tanggal 2 Juli saya sudah vaksin yang ke-2. Tentu
dengan pertimbangan dan menghubungi para nakes apakah vaksin ke-2 saya bisa
dilakukan. Dengan antrian yang tidak panjang juga proses yang lancar, akhirnya
saya sukses vaksin ke-2. Sama halnya dengan vaksin pertama, efek vaksin ke-2
hanya sebatas mengantuk dan lapar. Alhamdulillah dua kali saya telah menjalani
vaksin.
Vaksin atau tidak vaksin adalah
pilihan masing-masing orang, namun jangan cemooh orang yang menjalankan vaksin
dan jangan membuat hoax di mana-mana. Hal ini dapat menyakiti hati orang-orang
yang telah berat melewati keganasi virus covid-19, bahkan orang yang kehilangan
teman, sanak keluarga, anak bahkan orang tua untuk selamanya.
Setelah melakukan vaksin bukan
berarti bebas protokol kesehatan, tetap ada upaya pencegahan. Banyak yang
beralasan bosan di rumah terus, agar tidak bosen ada cara lain yaitu berkreasi,
bekerja, menuntut ilmu bisa menggunakan Smartfren GOKIL Max. Jangan lupa untuk download aplikasi My Smartfren karena di
dalamnya ada Smartpoin yang bisa ditukar dengan hadiah-hadiah keren.
Semangat sehat, semangat
berkreasi. WOW terus!
No comments:
Post a Comment