Awal Januari 2012, datanglah serombongan keluarga mempelai pria nun
jauh dari ujung barat Sumatera berniat meminang gadis Sunda. Mereka adalah rombongan calon suami saya yang terdiri dari sanak saudara baik yang dari Aceh atau pun
yang dari Jabodetabek. Tak lupa mereka membawa seserahan dan sirih yang
bentuknya sedemikian rupa. Sang penata rias saya berdecak kagum dan heran
melihat kekhasan seserahan Aceh yang umumnya memiliki pola-pola khas Aceh dalam
kain-kainan, perhiasan, bahkan juga aneka kue yang terukir dengan cantiknya.
Ya, seni ukir Aceh diakui keindahannya sejak dahulu kala. Selain budaya
tutur yang kental di Aceh, budaya seni ukir Aceh begitu khas dan terkenal di kancah
nasional dan internasional.
Umumnya ukiran aceh memiliki ciri khusus pada motif-motif yang
dihasilkan. Motif tersebut umumnya identik dengan keislaman, motif bungong (bunga), dan motif-motif flora.
Namun jarang ditemui motif fauna.
Berbagai ukiran dapat kita temui pada barang, benda, atau makanan yang
ada di Aceh. Kesemuanya memiliki nilai historis dan juga pemaknaan khusus dari
zaman dahulu hingga kini.
Tempat Sirih
Sejak dahulu, Aceh dikenal dengan orang-orang yang gemar mengunyah
sirih. Sampai sekarang di beberapa daerah masih ada beberapa orang yang juga
melakukan kebiasaan tersebut. Selain dinikmati sendiri, sirih juga disajikan
kepada tamu-tamu sebagai pertanda memuliakan tamu atau yang dikenal dengan istilah ‘peumulia jamee’.
![]() |
Foto dari cagarbudaya.kemdikbud.go.id |
Wadah sebagai atribut khusus memakan sirih yang terbuat dari emas dan
perak zaman dahulu, disebut dengan batee
ranup dan batee karah. Batee ranub terbuat dari tembaga,
tetapi batee karah dahulu sering
dibuat dari emas.
Zaman kerajaan, batee ranup
dan batee karah diukir dengan ukiran
yang halus. Pengerjaannya cukup suit dan membutuhkan waktu yang lama. Dikerjakan
hanya dengan alat-alat sederhana oleh pengrajin ukiran yang sudah senior.
Menurut Harian Analisa 20 Juli 1978, harga satu karah berkisar antara
Rp. 200 ribu – Rp.300 ribu. Harga yang cukup lumayan mahal saat itu dikarenakan
butuh ketelitian, kesabaran, dan juga kemahiran dalam mengukir wadah sirih
tersebut.
Perhiasan dan Motif Pinto Aceh
yang Melegenda
Aceh awalnya merupakan daerah kerajaan. Semenjak itu pula,
perhiasan-perhiasan yang dipakai oleh orang-orang kerajaan menjadi pusat
perhatian. Dahulu, berbagai perhiasan itu dipakai di kepala, telinga, leher,
dada , jari tangan,pinggang dan kaki.
Perhiasan-perhiasan tersebut memiliki ukiran-ukiran yang unik dan khas,
mulai dari dedaunan, bunga-bunga hutan sampai motif Pinto Aceh yang melegenda. Motif Pinto Aceh sendiri ditemukan sekitar tahun 1939. Namun ada juga
yang sumber yang menyebutkan motif Pinto
Aceh ditemukan pada tahun 1935. Utoh
(pengrajin perhiasan) yang menemukan ukiran motif Pinto Aceh adalah Utoh
Mahmud Ibrrahim atau yang biasa dikenal Utoh
Mud. Ukiran perhiasan dengan motif Pinto Aceh ini terinspirasi dari
pengamatan Utoh Mod pada pinto khop yang merupakan peninggalan
sejarah kerajaan Aceh. Pintu khop
tersebut adalah pintu bagian belakang istana kerajaan Aceh di mana tempat keluar-masuk
permaisuri dan dayang-dayang kerajaan menuju jalan Bustanussalatin. Kini, motif ukiran
Pinto Aceh tidak hanya dijumpai pada
perhiasan saja, tetapi dapat dijumpai juga pada ukiran kayu atau
ornamen-ornamen interior bangunan.
Pinto Aceh pernah juga dinobatkan sebagai warisan budaya
Indonesia tak benda yang berasal dari Aceh pada tahun 2015. Motif ini pun
sangat terkenal di tanah air dan mancanegara.
Perhiasan-perhiasan yang penuh ukiran dapat terbuat dari emas,
tembaga ataupun suasa. Ukiran dengan
motif khas Aceh pada saat ini masih bisa kita temukan di toko-toko emas, toko
perhiasan, ataupun toko-toko souvenir. Dapat digunakan pada acara santai,
resmi, ataupun pesta pernikahan.
Senjata Tradisional
Rencong atau rincong adalah
senjata asli Aceh yang telah ada sejak zaman kerajaan. Dipercaya telah ada
sejak masa pemerintahan Ali Mughayat Syah yaitu Sultan Aceh yang pertama.
Bentuk unik dari senjata tradisional ini dipercaya oleh masyarakat Aceh sebagai simbol
dari kata ‘bismillah’, yang dapat diartikan
‘dengan menyebut nama Allah’. Bagian-bagian dari rencong sendiri sangat khas
dan unik. Ukiran-ukiran yang ada pada gagang dan sarung rencong, kebanyak
bermotif tumbuh-tumbuhan atau bunga. Saat itu ada pantangan orang Aceh yang
muslim untuk membuat bentuk-bentuk makhluk bernyawa sebagai ukiran-ukiran khas
Aceh.
Kue Khas Aceh (Dodol Aceh, Meuseukat, dan Wajik)
Dodol Aceh memang rasanya hampir mirip dengan dodol-dodol yang bearasal
dari Jawa Barat. Namun ada keunikaan tersendiri dari dodol Aceh yang biasa
dibuat pada seserahan pesta perkawinan. Dodol Aceh tersebut diukir dengan
sangat cantik di atas nampan besar.
Ukiran tersebut umumnya berupa aneka jenis dedaunan, bunga mawar, bahkan
sampai ukiran Pinto Aceh yang cukup indah. Dodol Aceh berbeda dengan meuseukat. Dodol Aceh menggunakan gula
merah dalam pembuatannya sedangkan meuseukat
menggunakan nanas, gula, tepung, dan juga mentega. Meuseukat diibaratkan sebagai ‘ulee’
atau kepala kue di Aceh. Alasannya, meuseukat
umumnya hanya dibuat pada saat upacara-upacara besar seperti perkawinan.
Balee dan Rumoh Aceh
Bangunan tradisional Aceh yang
multifungsi disebut dengan balee atau
balai. Balee bentuknya terbuka pada
bagian dinding. Banyak jenis dan fungsi balee
yang bisa digunakan untuk tempat berisitirahat sementara, menjamu tamu, atau
sebagai tempat musyawarah. Balee meunasah
digunakan masyarakat gampong untuk bermusyawarah atau mengaji. Ada juga balee yang dibuat secara pribadi yang
disebut balee rumoh. Di balee, terdapat ukiran-ukiran yang
mengelilingi balee, ukirannya pun sangat beragam.
Sama seperti halnya balee, rumoh Aceh didirikan di atas tiang kayu (tameh) dengan tinggi mencapai 1.5 -2 meter.
Rumah Aceh terdapat empat bagian. Yaitu seuramoe
keue sebagai tempat menerima tamu. Seuramo
teungoh berfungsi untuk kamar tidur keluarga, ruang-ruang di bagian ini
digunakan juga untuk memandikan mayat atau saat ada kenduri. Seuramo likot adalah ruangan untuk
tempat makan, dapur atau berkumpulnya anggota keluarga untuk saling
bercengkrama. Terakhir adalah ruang bawah yang digunakan untuk menyimpan hasil
pertanian atau perkebunan.
![]() |
dokumentasi @iloveaceh |
Desain dari rumah adat Aceh ini sangat unik dan memiliki filosofis
tersendiri. Baik pada bentuk rumah dan juga ukiran. Ukiran pada rumoh Aceh sangat cantik dan khas.
Konon, dahulu jumlah dan banyaknya motif ukiran rumah Aceh
menentukan kemampuan ekonomi
pemilik rumah adat tersebut.
Batee Nisan (Batu Nisan)
Aceh terkenal dengan kepandaiannya dalam mengukir batee nisan atau batee jeurat.
Sejarah membuktikan dalam Tarikh Negeri Kedah atau Hikayat Murong Mahawangsa
(Sekitar tahun 1400 SM) tercatat pengasah dan pemahat/pengukir dalam jumlah
yang sangat besar. Pengolahan batu yang berasal dari Pulo Breueh dan Pulo Batee
diolah di Meuraksa, sehingga batu nisan di Aceh disebut juga dengan batee Meraksa.
![]() |
Nisan Aceh dalam sebuah pameran. Foto oleh bandaaceh.tourism.com |
Ukiran dalam batu nisan Aceh zaman dahulu, dibedakan antara kuburan
perempuan dan kuburan laki-laki-laki. Pada batu nisan inong (perempuan) motif ukirannya banyak bulatan yang disebut
dengan anting anting. Menjadi pembeda dengan batu nisan agam (lelaki). Selain itu pada batu nisan Aceh juga terukir motif bungong kalimah yang merupakan kaligrafi Arab yang tertuiskan kalimat
syahadat, hadits, syair, atau nasihat tentang kematian.
Dari beberapa pemaparan mengenai hasil karya ukir dan sejarah yang ada di Aceh.
Budaya masyarakat Aceh di bidang seni ukir dapat dibilang sangat tinggi. Namun
kini, sudah jarang kita temui orang-orang ahli ukir yang meneruskan kekayaan
budaya Aceh ini. Nampaknya pembinaan keahlian mengukir untuk generasi muda di era milenial ini masih
dibutuhkan agar kekayaan Aceh yang
penuh nilai dapat dilestarikan. Bahkan bukan tidak mungkin bisa meningkatkan kehidupan ekonomi para
pengukir muda aceh dan kedepan karyanya bisa lebih dikenal dunia.
Benda-benda cagar budaya di Aceh ini emang unik kak dan sarat akan filosofinya. Pasti keluarga kakak suprise banget ya saat terima hantaran waktu meminang dulu, hehe.
ReplyDelete