![]() |
ilustrasi, pixabay.com |
Waktu saya SD, saat jajanan masih ada yang harganya Rp. 50,-
tidak pernah menyangka saya akan mengalami masa transisi menyongsong era
digital. Tidak pernah terbayang apa itu internet, apa itu media sosial, apa itu Facebook, Instagram, Tweeter, dll.
Saya ingat, saya melek internet ketika awal-awal kuliah
kalau tidak salah, ketika itu Aa (abang) membawa saya ke warnet, mempelajari
apa itu email, browsing ke suatu web dll. Saat itu media sosial belum menjamur
sampai akhirnya mulai bermunculan seperti Friendster, Multiply dll.
Pada tahun 2009 akhirnya saya memilih untuk membuat Facebook. Saya
memaknai media sosial saat itu lebih
banyak untuk berteman, mencari ilmu dan mengembangkan diri di kepenulisan.
Media sosial juga yang pada akhirnya, atas izin Allah mempertemukan saya dengan
orang-orang di dunia maya dalam dan luar negeri, yang kebaikannya mungkin
belum bisa saya balas sampai saat ini. Bahkan kebaikan dan ketulusan teman-teman banyak dirasa walaupun belum pernah bertatap muka.
Tertipu di dunia maya? Tertipu karena medsos? Pernah dua-duanya.
Tapi tidak lantas membuat saya kapok 'main' di dunia maya. Saya yang ingin tahu
banyak, saya yang ingin berkawan, saya yang ingin menyicipi banyak keilmuan,
membawa saya mengenal leih banyak sosok-sosok dan profesi teman-teman di dunia
maya. Karena keasikan saya di dunia maya, Allah Swt juga mengirimkan jodoh
lewat dunia maya, yang kemungkinan besar saya fikir, jalannya melalu tulisan.
Untuk dunia perdagangan, saya tidak juga pernah menyangka
bahwa akan ada transaksi jual beli dengan sistem online, dan itu dilakukan di
media sosial. Atas opsi saling percaya, customer mentransfer uang sesuai akad,
dan seller mengirimkan barang. Lalu lambat laun mulailah berkembang marketplace yang menjanjikan keamanan bertransaksi sebagai media penghubung seller dan
customer. Saya pun pernah mengalami dua-duanya. Pernah menggunakan media sosial
dan marketplace untuk berdagang online.
Lambat laun, instagram dan dunia blogg banyak diminati orang. Orang
berlomba-lomba untuk menambah jumlah follower, yang awalnya saya fikir tidak
pernah ada pengaruh signifikan. Ternyata jawabannya salah, instagram dan blog
saat ini dijadikan satu pekerjaan di bidang kreatif yang dahulu tidak pernah
terbayang sedikitpun di benak saya. orang berlomba-lomba untuk menjadi
influencer, endoser, buzzer dll.
Namun dari semaraknya media sosial yang mampir di hidup
kita, dengan segala perkembangan yang kadang tak pernah kita duga. Membuat kita
pada seharusnya juga bijak, bahwa kita tidak melulu mengesampingkan dunia
nyata. Ada kawan-kawan yang memang perlu silaturahim langsung dengan kita, ada
keluarga yang butuh diperhatikan, ada cinta di sekitar yang tak terbilang. Media
sosial datang untuk memudahkan, bukan mendekatkan yang jauh, menjauhkan yang
dekat.
Positif dan negatifnya media sosial, sejatinya ada di
genggaman kita. Untuk berkarya, mengembangkan diri, atau hura-hura yang tak
jelas tujuannya, pilihannya ada di kita.
No comments:
Post a Comment